Dimatamu…
aku bukan siapa- siapa
tinggalkanku, semudah itu
selalu
sendiriku, tak mempengaruhimu
bagimu, tak berartinya aku
Cintaku…
tak bermakna
percayakanmu, terhempas hati
memandangmu, terasa asing kini
melupakanmu, tetap tak bisa
tak tahu mengapa
Kupeluk bayangmu…
serpihanmu, tetap tersimpan
Percayaku…
suatu hari nanti, kan kuraih
rebut hatimu, itu niatku.
-Amy Mini-
'My Inspiration Words...In My Mind''
REASON I sometimes roam wild ... not clear, not directed, not unstoppable. Sometimes fun, sometimes confusing, and made me want to get rid of all these images from my head ... but, what can I do ...? I was just being there, for the best for living, give time for the Lord, as long as I can. FRIENDS ... sincere friendship, guess who's there for you without any view you. extend my friendships easily because ... I'm there for you. -Mynn_aesha@yahoo.co.id-
Sunday, February 6, 2011
Tuesday, February 1, 2011
My Novel. Hal: 4, 'BRIDESMAID WITH 10 RINGS'
Keheningan tiba- tiba mencekam keduanya. Mereka berhadap- hadapan di koridor rumah sakit itu. Keduanya saling bergenggaman.
Sang pria menghembuskan napas ke udara. “Lo ikut hasrat lo sendiri… Buktikan kalo gue salah… Gue tau seperti apa resikonya… Seseorang hanya bisa berharap, seperti gue saat ini… Andai lo lebih berusaha lagi…”
“Maaf, tapi ini bukan tempat gue…” Jelas wanita itu tegas, tidak ingin berbelit- belit lagi. “Lo akan kembali, kan?” harapnya muncul begitu saja.
Atha, cowok itu mendesah kesal. Lalu beranjak bangkit. “Lo dengar apa yang nggak boleh lo dengar… Apa yang lo dapat?” Tangannya mencengkeram bahu sang wanita. Dia tersentak kaget. Reaksi wanita itu mengejutkan sang pria. Ia tampak menyesal. Lalu, beringsut menjauh. “Bagaimana lo bisa yakin… Bayangkan apa yang gue rasakan… “Atha menghela napas panjang dan menggertakkan gigi, “Lagipula, kenapa juga gue harus tinggal.”
“Jadi, beritahu gue apa yang akan lo lakukan.” Ujar wanita itu pelan, menggosok- gosokkan tangannya dengan gelisah.
Atha berbalik menatapnya. Mengangkat sebelah alisnya, ragu akan pertanyaan itu. “Lo ingin gue pergi dan nggak kembali. Benarkah?” lalu tertawa nyaring saat wanita itu melengos penuh arti, tetap buatnya kaget untuk kesekian kalinya. “Lo pikir gue punya kehidupan lagi. Padahal lo tau gue nggak bisa hidup tanpa lo. Bagaimana jika kita pergi bersama aja…”desaknya cepat. Sang wanita menggelengkan kepala. “Andai gue pergi, itu pun nggak membantu…”
Langit mulai gelap.
“Mungkin nggak akan semudah itu. Tapi kondisinya buruk, Tha…” wanita itu berusaha keras mengabaikan tatapan tak mengerti pria itu, “Sebaiknya lo pergi. Berhati- hatilah, nanti lo hubungi gue lagi.”
“Lo nggak memberi gue banyak pilihan, Mel…”
“Guk, guk, guk… Guk, guk, guk…”
Pesan masuk, seperti biasa. Dia buka. Hmm, laporan singkat dari Sms- banking.
(KREDIT Rp. 5.000.000) pada rek. 1 TBxxx697 tgl. 20/ 06/200x, jam 20:15: 17.
Cocok.
“Guk, guk, guk… Guk, guk, guk…”
Pesan Singkat
Dari: Ninn
Thanks CATWOMAN@Gmail.com... Atha, berhasil terpuruk. Saingan baru gue juga udah tersingkir.
Ini bukan soal kekuatan, ini soal kendali.
“Gue harus tau apa dan kenapa… Semalam gue bermimpi tentang lo…Terasa begitu nyata… Hanya mimpi… Entahlah, gue punya perasaan buruk…”
“Itu bukan mimpi.” Sang wanita hanya mengangkat bahu sambil mengamati hujan sedang turun rintik- rintik di luar sana, “Gue udah memikirkannya…”
“Ini bukan tentang kita, kan?” Tanyanya cepat. Sang pria diam sejenak sembari memandang wanita mungil di sampingnya tak bergeming. Lalu, seperti tersadar, segera membelalak tidak percaya. Dari belakang kemudi tangannya terkepal. “Sucks…!” Teriaknya frustasi.
“Sepertinya nggak ada kesempatan untuk kita. Nggak ada chemistry.”
Sang pria melihat wanita itu sekali lagi, berusaha meredam amarah dan kecewanya. “Gue nggak berhak bilang sesuatu?” Makinya pelan. Dia berpikir sejenak seraya menelan ludah, ”Tapi kita udah mencoba, kan?”
“Ini bukan salah lo, ini salah gue. Gue tau ini akan terjadi.”
Wanita ini mulai tertawa. Mengagumkan. Saat di luar sana gelap dan mencekam bagi kebanyakan wanita yang ia kencani wanita berambut panjang cantik malah tidak memperlihatkan ketakutannya. Kebersamaan mereka terasa menggelitik egonya. Dia merasa wanita ini mudah didapat, tapi entahlah. Wanita ini jauh lebih menariknya ke dalam pusaran yang lebih dari sekedar hasrat dan nafsu semata.
“Seolah- olah gue bukan apa- apa… “ Leo menoleh sekilas pada wanita itu. Mulutnya terkatup rapat. “Cewek gila macam apa sih lo?”
“Gila. Yah, memang… Gue anggap itu pujian…”
“Di mana lo dapatkan ide perpisahan ini?” Leo tertawa terpingkal- pingkal. “Lo tau apa yang lo lewatkan?” tanyanya lagi berusaha tenang sambil menyentuh bagian bawah wanita itu lembut, “Lo memang berbeda. Dan, perasaan gue belum berubah… Gue akan berbicara sama Linda, cepat atau lambat… please, jangan lakukan ini.”
“Gue akan tetap pergi.” Lanjut sang wanita, tegas sambil menepis tangan Leo. “Secara keseluruhan, kalian pasangan bagus.” Kata wanita itu mengingatkan. “Hubungan kita hanya untuk bersenang- senang…Jangan libatkan perasaan.”
“Tampaknya ini sering terjadi, bukan?” Berkilat marah memandang sang wanita yang hanya mengangkat bahunya lagi acuh tak acuh. Masih tetap tenang dan santai tanggapi emosinya. “Gue mengubah visi gue tentang sebuah cinta sejak gue bersama lo. Gue mulai terbiasa dengan hubungan kita, Mel…” Menghela napas perlahan, merasa lelah. “Dan, memang mengubah gue. Benar- benar sakit.” Leo berbicara dengan lirih, masih tak mengerti. Kesinisannya sedikit berkurang. “Dan, ini jauh dari sakit.”
Sang pria menghembuskan napas ke udara. “Lo ikut hasrat lo sendiri… Buktikan kalo gue salah… Gue tau seperti apa resikonya… Seseorang hanya bisa berharap, seperti gue saat ini… Andai lo lebih berusaha lagi…”
“Maaf, tapi ini bukan tempat gue…” Jelas wanita itu tegas, tidak ingin berbelit- belit lagi. “Lo akan kembali, kan?” harapnya muncul begitu saja.
Atha, cowok itu mendesah kesal. Lalu beranjak bangkit. “Lo dengar apa yang nggak boleh lo dengar… Apa yang lo dapat?” Tangannya mencengkeram bahu sang wanita. Dia tersentak kaget. Reaksi wanita itu mengejutkan sang pria. Ia tampak menyesal. Lalu, beringsut menjauh. “Bagaimana lo bisa yakin… Bayangkan apa yang gue rasakan… “Atha menghela napas panjang dan menggertakkan gigi, “Lagipula, kenapa juga gue harus tinggal.”
“Jadi, beritahu gue apa yang akan lo lakukan.” Ujar wanita itu pelan, menggosok- gosokkan tangannya dengan gelisah.
Atha berbalik menatapnya. Mengangkat sebelah alisnya, ragu akan pertanyaan itu. “Lo ingin gue pergi dan nggak kembali. Benarkah?” lalu tertawa nyaring saat wanita itu melengos penuh arti, tetap buatnya kaget untuk kesekian kalinya. “Lo pikir gue punya kehidupan lagi. Padahal lo tau gue nggak bisa hidup tanpa lo. Bagaimana jika kita pergi bersama aja…”desaknya cepat. Sang wanita menggelengkan kepala. “Andai gue pergi, itu pun nggak membantu…”
Langit mulai gelap.
“Mungkin nggak akan semudah itu. Tapi kondisinya buruk, Tha…” wanita itu berusaha keras mengabaikan tatapan tak mengerti pria itu, “Sebaiknya lo pergi. Berhati- hatilah, nanti lo hubungi gue lagi.”
“Lo nggak memberi gue banyak pilihan, Mel…”
“Guk, guk, guk… Guk, guk, guk…”
Pesan masuk, seperti biasa. Dia buka. Hmm, laporan singkat dari Sms- banking.
(KREDIT Rp. 5.000.000) pada rek. 1 TBxxx697 tgl. 20/ 06/200x, jam 20:15: 17.
Cocok.
“Guk, guk, guk… Guk, guk, guk…”
Pesan Singkat
Dari: Ninn
Thanks CATWOMAN@Gmail.com... Atha, berhasil terpuruk. Saingan baru gue juga udah tersingkir.
Ini bukan soal kekuatan, ini soal kendali.
“Gue harus tau apa dan kenapa… Semalam gue bermimpi tentang lo…Terasa begitu nyata… Hanya mimpi… Entahlah, gue punya perasaan buruk…”
“Itu bukan mimpi.” Sang wanita hanya mengangkat bahu sambil mengamati hujan sedang turun rintik- rintik di luar sana, “Gue udah memikirkannya…”
“Ini bukan tentang kita, kan?” Tanyanya cepat. Sang pria diam sejenak sembari memandang wanita mungil di sampingnya tak bergeming. Lalu, seperti tersadar, segera membelalak tidak percaya. Dari belakang kemudi tangannya terkepal. “Sucks…!” Teriaknya frustasi.
“Sepertinya nggak ada kesempatan untuk kita. Nggak ada chemistry.”
Sang pria melihat wanita itu sekali lagi, berusaha meredam amarah dan kecewanya. “Gue nggak berhak bilang sesuatu?” Makinya pelan. Dia berpikir sejenak seraya menelan ludah, ”Tapi kita udah mencoba, kan?”
“Ini bukan salah lo, ini salah gue. Gue tau ini akan terjadi.”
Wanita ini mulai tertawa. Mengagumkan. Saat di luar sana gelap dan mencekam bagi kebanyakan wanita yang ia kencani wanita berambut panjang cantik malah tidak memperlihatkan ketakutannya. Kebersamaan mereka terasa menggelitik egonya. Dia merasa wanita ini mudah didapat, tapi entahlah. Wanita ini jauh lebih menariknya ke dalam pusaran yang lebih dari sekedar hasrat dan nafsu semata.
“Seolah- olah gue bukan apa- apa… “ Leo menoleh sekilas pada wanita itu. Mulutnya terkatup rapat. “Cewek gila macam apa sih lo?”
“Gila. Yah, memang… Gue anggap itu pujian…”
“Di mana lo dapatkan ide perpisahan ini?” Leo tertawa terpingkal- pingkal. “Lo tau apa yang lo lewatkan?” tanyanya lagi berusaha tenang sambil menyentuh bagian bawah wanita itu lembut, “Lo memang berbeda. Dan, perasaan gue belum berubah… Gue akan berbicara sama Linda, cepat atau lambat… please, jangan lakukan ini.”
“Gue akan tetap pergi.” Lanjut sang wanita, tegas sambil menepis tangan Leo. “Secara keseluruhan, kalian pasangan bagus.” Kata wanita itu mengingatkan. “Hubungan kita hanya untuk bersenang- senang…Jangan libatkan perasaan.”
“Tampaknya ini sering terjadi, bukan?” Berkilat marah memandang sang wanita yang hanya mengangkat bahunya lagi acuh tak acuh. Masih tetap tenang dan santai tanggapi emosinya. “Gue mengubah visi gue tentang sebuah cinta sejak gue bersama lo. Gue mulai terbiasa dengan hubungan kita, Mel…” Menghela napas perlahan, merasa lelah. “Dan, memang mengubah gue. Benar- benar sakit.” Leo berbicara dengan lirih, masih tak mengerti. Kesinisannya sedikit berkurang. “Dan, ini jauh dari sakit.”
Poems, 'AKHIR KISAH CINTA'
Usai sudah kisahku dengan dia…
cerita kami selalu jadi rahasia
kini hilang tak berbekas
tanpa kenangan
tuk melupakan, tak ada memori indah untuk itu
harus kulewati hariku tanpa dia
melawan hasrat hati akan waktu dulu
walau dia tetap ada di hadapanku
selama kebersamaan tanpa temu
aku lewati hariku tanpa dia
berdiri, hadirnya hilang di hati
namun kuatkan jiwa tuk lupakan
dimana cintanya yang dulu
dirimu penuh kedamaian akan sayang
biarkan hilang…
walau separuh jiwaku pergi
kutetap bertahan
tuk sambut cinta baru.
Amy Mini, 20 Oktober 2009
cerita kami selalu jadi rahasia
kini hilang tak berbekas
tanpa kenangan
tuk melupakan, tak ada memori indah untuk itu
harus kulewati hariku tanpa dia
melawan hasrat hati akan waktu dulu
walau dia tetap ada di hadapanku
selama kebersamaan tanpa temu
aku lewati hariku tanpa dia
berdiri, hadirnya hilang di hati
namun kuatkan jiwa tuk lupakan
dimana cintanya yang dulu
dirimu penuh kedamaian akan sayang
biarkan hilang…
walau separuh jiwaku pergi
kutetap bertahan
tuk sambut cinta baru.
Amy Mini, 20 Oktober 2009
Subscribe to:
Comments (Atom)