“Keren…!” Sambutku, tak punya pikiran lain. Mas Novan ada masalah dengan dirinya, ikuti sajalah, ”Pantai terlarang? Ah, gue suka itu.”
“Biarkan gue fokus,… Cahaya yang sama, dan… Gue hanya memandangnya, lalu…”
Membawaku seperti menyandang ransel, “Gue pikir lo terlalu pintar, Mas.” Timpalku cepat. Bersamaan dengan suara pintu bergeser membuka, terdengar samar suara seseorang membersit hidung. “Berpelukan bersama?” Berapa lama lagi sih pertolongan itu datang?
“Gambar yang sama dalam mimpi gue.”
“Gue juga memimpikan hal yang sama…” Tentunya dengan pahlawan penolongku nanti.
“Jangan bicara,… Klimaks mimpi gue jadi terganggu, nih.”
“Kenapa begitu?” Mendung yang mengancam. Aku tersenyum lebar dalam mata terpejamku. “Berhati- hatilah!” Pekikku parau. Khayalanku pun melayang. “Selamatkan mimpi lo sebelum terlambat.” Ah, sebelum kapal itu mencapai pelabuhan, ombak besar tengah menghadangnya. Besar, sangat besar. Tinggal tunggu waktu kapal ini pecah berkeping- keping. Hingga tak tersisa satu bagian pun.
“Rasanya sakit… Seperti sekarat?”
“Menyingkirlah sekarang…”
“Ada masalah?”
“Yang jelas lo dapat masalah… Gue nggak akan ikut campur, babe. Tapi, gue ingin tau aja… kenapa lo lakukan ini?”
“Gue bertanya tiap hari kenapa gue hidup.”
“Lo nggak sadar kalo lo lebih kuat dari gue, babe. Jangan terlalu keras dengan diri lo sendiri.”
“Buat diri lo merasa lebih baik.”
Aku terkesiap. Aku mengatupkan bibir, cepat. Ini bukan kebiasaan mas Novan. Perasaanku seperti tercekik. “Bukan urusan lo…” Aku menggertakkan gigi. Begitu gugup. Begitu sesak. “Apa kita udah selesai?” aku berusaha menelan ludah dengan susah payah. Perutku mulai melilit, mual. “Gue udah mencoba bersabar yah, mas…” Mendadak, ada rasa sakit yang tak bisa kuekspresikan menyerang kepalaku. “Apa yang pernah gue sentuh…” Serasa mau pecah… “Dan, gue nggak takut…”
“Gue tau suasana hati lo sedang nggak bagus. Tapi, sampai nggak memiliki perasaan… Opan… Atha… Leo… Posan… Yudha… Dan yang lain… Nyaris terbiasa… Apa yang terjadi?” Mengoceh tak karuan. “Bagaimana lo bisa melakukannya sih, babe…”
“Cukup…! Pertanyaan itu udah terlambat.”
Suara itu seperti keluar dari… ah, aku tidak memiliki suara itu…
“Gue bisa mengurus diri gue sendiri, mas.” Samar- samar terdengar suara mas Novan di kejauhan. Untuk beberapa alasan, aku tidak menggubrisnya. Seperti ada ruang kosong di depan sana yang menungguku, ”Turunkan… gue…!” Kudorong bahunya dengan keras, atau cukup keras, atau tidak keras…tidak bergeming juga. Kenapa mata ini susah membuka? “Maaasss…!”
“Bagaimana dengan cowok- cowok yang lo tinggalkan?” Mas Novan menelan teriakanku bulat- bulat, tak menghiraukanku. “Apa yang buat para pria itu nggak curiga…?” Ada yang menekan bel pintu. “Lo mengecewakan mereka...”
“Maaasss…!”
“Atau, mereka yang mengecewakan lo...”
“Baby mo di bawa ke mana, tuh?” Suara familiar itu terdengar juga, my hero. “Lo nggak liat tuh muka bantalnya baby masih keliatan jelas gitu.” Mask sheet, di mana kamu? Teriak hatiku sekencangnya. Oya, habis.
“Ur heroes udah datang, Mel…”
“Gue mo ajak baby jalan- jalan. Ada yang mo ikut juga?” Tetap tak ada tanda- tanda penyerahan sandera, nih.
“Lani kan lagi sakit, Van… Gimana sih lo.” Dua tangan mencengkeram pinggangku dari belakang. Sedangkan ikatan tangan mas Novan di pahaku sedikit longgar, namun tidak lepas. Berjuang menyelamatkanku benar- benar butuh kekuatan besar. Apa kedua pahlawanku ini sanggup…
“Mas Aviiiiiinnnnnn… Sumoooooo… Help me, guys… Gue mau dijuaaaaaalll…!”
From: LEA-X@ Yahoo. Com
To: CATWOMAN@Gmail.Com...
Subject: Deal!
Date: January, 01
Target: WIDSUMA
Please… please… please… Destroying this funckin’ guy like he destroy my future life! Dp, sip. Tinggal cek you punya account. Sisanya, kalo udah beres. Guess! Bakal ada bonus menarik untuk akhir yang spektakuler!
I’ll promise.
Cat…My terrible life was began when I saw this fuckin’ guy lought with another girl!
Do the best, Cat
Thanks, ErlieX
No comments:
Post a Comment